Tersebutlah selebaran, - diketik rapi satu spasi dengan mesin tik manual, berisi himbauan yang disebut berasal dari Syeikh Ahmad, penjaga makam Rasulullah yang bercerita tentang mimpi yang dialaminya sendiri. Konon pesan kanjeng Nabi itulah yang disampaikannya dalam selebaran tersebut, dan meminta setiap pembacanya untuk memperbanyak 20 atau 30 eks tergantung redaksinya.
Isi pesannya, baik sekali. Coba telaah : Bersholawatlah untuk Rasulullah SAW, bertaubatlah dengan segera, dirikanlah sholat lima waktu, jangan sekali-kali meninggalkan zakat dan berpuasalah di bulan Ramadhan dan bila mampu tunaikanlah ibadah haji.
Permintaan itu diikuti dengan reward and punishment juga. Bagi yang memperbanyak dan menyebarkannya kepada orang lain sebanyak yang disebutkan dalam selebaran, bakal beroleh kebaikan. Sebaliknya, mereka yang tidak melakukannya, bakal dapat musibah.
Sebagai pelengkap, dipaparkanlah beberapa ‘bukti’ orang yang beroleh keberuntungan ‘akibat’ menggandakan surat berantai itu, seperti pengusaha dari Bandung dan Bombay (tanpa menyebut nama, mungkin khawatir jadi riya’). Sebaliknya, dipaparkan juga ‘akibat’ mengabaikan surat tersebut, kali ini menyebut nama : Menteri Nasabah Malaysia tahun 1973 (tuan Mustofa) yang dipecat dan Perdana Menteri Pakistan, Zulfikar Ali Butho yang dihukum mati.
Surat berantai seperti ini, pertama kali saat saya duduk di bangku SMP. Jadi kalau dihitung mundur, sudah lebih dari 35 tahun. Beruntung saya punya guru, yang bisa saya tanya berbagai hal. Jawaban beliau waktu itu tegas: abaikan!
Nyaris 5 windu berselang, hoax ‘hasanah’ seperti itu mendapatkan momennya. Maraknya sosial media multi platform, membuat selebaran-selebaran yang berubah menjadi data digital sejenis itu, dengan mudah berpindah dari satu media ke media lain. Semangat keberagamaan yang tidak diikuti dengan logika berpikir yang kuat, -saya duga bakal membawa kita kembali ke abad kegelapan.
Tuntunan Kanjeng Nabi menyebutkan bahwa dalam agama ada akal, dan tiada agama bagi orang-orang yang tidak berakal. Semoga dugaan saya salah ...
Comments
Post a Comment